Senin, 14 Juli 2008

Apakah Teknologi AIS Bermanfaat?

AIS (Air Induction System) di Yamaha, PAIR (Pulsed Secondary Air Injection) pada Suzuki dan SASS (Secondary Air Suplay System) pada Honda diklaim sebagai alat pendukung ramah lingkungan. Tapi banyak motormania bilang, itu cuma bahasa marketing ATPM.

Seperti kata Gregori, pemilik salah satu motor Jepang, “Ya, ATPM kan bisa aja bilang gitu buat mendongkrak penjualan produknya.” Sementara lainnya bilang, “Ah, kalo pun betul, paling ngaruhnya gak banyak!” cibir Irvan, juga pemilik motor Jepang.

Oke, sebelum praduga makin ngaco, mending kita simak lagi fungsi alat itu seperti dijelaskan produsen dalam buku product knowledge. Yakni, baik AIS, PAIR atau SASS prinsipnya sama; peranti pengontrol kadar emisi gas buang agar kepekatan kadar polutan sisa hasil pembakaran (CO dan HC) yang keluar dari knalpot aman terhadap lingkungan.

Sebab gas buang itu terdiri dari CO (carbon monoksida) dan HC (hidro carbon). Bila kadarnya terlalu tinggi, sangat berbahaya bagi kesehatan dan saluran pernafasan. Meski dikit, kalo dihirup tiap hari, lama-lama banyak yang ngendap di paru-paru kita. Selain itu, mata juga pedas disebabkan kadar HC tinggi.

“Bahkan kalo kadar CO tinggi, bisa bikin sesak nafas juga mas,” ujar Harris Kian Jaya alias Apin dari Amiaw Motor Sport (AMS) di Jl. Lapangan Bola No.33A, Kebon Jeruk, Jakbar.

Makanya, untuk mengatasi hal tersebut, di motor sekarang dilengkapilah AIS. “Juga untuk mengacu standar emisi Euro II yang diizinkan di Indonesia,” urai Endro Sutarno, Tech. Service Training Instructor PT Astra Honda Motor (AHM).

Suplai udara bersih ini, pertama melewati saringan udara. Kemudian lewat slang diteruskan ke AIS yang diatur vaccum reed valve. Selanjutnya baru masuk ke saluran buang knalpot. Udara bersih yang disuplai ke knalpot mengandung O2 (oksigen), sehingga gas buang dari knalpot yang awalnya CO bercampur O2 menjadi CO2 (carbon dioksida) dan awalnya HC bercampur O2 menjadi HCO2 (hidro karbon dioksida).

Bila AIS dilepas, tak berpengaruh terhadap performa besutan atau mengurangi kecepatan. Akan tetapi polusi udaranya yang akan bertambah. “Fungsi utamanya sebagai pengontrol emisi gas buang. Jika dilepas, kadar polusi udara lebih banyak,” tegas Endro.

Nah, untuk membuktikannya, OTOMOTIF pun melakukan pengujian. Hasilnya, menggunakan gaz analyzer versi 3.3 pada besutan Suzuki Thunder 125, diperoleh data CO 0,80% dan HC 68 dengan kondisi AIS terpasang. Saat AIS dilepas, diperoleh data CO 1,89% dan HC 73.

Jadi terbukti, kalo AIS dilepas atau tidak difungsikan, kadar CO dan HC yang keluar dari knalpot lebih banyak. Sehingga mengakibatkan polusi udara. Dan membuktikan bahwa fungsi AIS sangat diperlukan untuk mengurangi polusi udara.

“Misal terjadi suara ledakan/nembak-nembak biasanya AIS kotor atau ada kebocoran pada sistem pembuangan. Entah baut knalpot kendur atau kebocoran slang,” ulas Y. Antoni, Manager Trainee R2 PT Indomobil Suzuki International.

sumber:
Penulis/Banar (Tabloid OTOMOTIF)
http://www.otomotifnet.com/otoweb/index.php?templet=ototips/Content/Motor

Tidak ada komentar: