Kamis, 30 April 2009

Mesin Minerva-Sachs Megelli 250 dari Thailand

tiga-direktur-tiga-bangsa

Kiri-Kanan : Kristianto Goenadi, Presiden Direktur PT Minerva Motor Indonesia, Hartmun Huhn, Direktur Sachs Bikes, Jerman, dan Barry Hall, Managing Director Megelli, UK, saat meluncurkan tiga model motor Minerva, di Jakarta, Selasa (28/4).

Terjawab sudah rasa ingin tahu saya dari mana mesin 250 cc yang dicantolkan di sangkar Megelli dari Inggris itu. Mesin dipercayakan pada Tigermotor Thailand untuk dikembangkan dan diproduksi. Tigermotor Thailand selama ini memproduksi mesin 135 cc dan 250 cc. Mesin 250 cc itu dipakai untuk sepeda motor merek Tiger.

mesin-minerva-250m

Mesin Minerva Sachs, bodi Megelli.

Selain memproduksi sepeda motor sendiri, Tigermotor juga memproduksi dan merakit Sachs MadAss 125 maupun KikAss 125. Tigermotor juga memproduksi motor komersil beroda tiga dan sepeda motor listrik.

Lalu apakah mesin Tiger 250 itu yang dipasang di Minerva 250? Menurut Piti Manomaiphibul, President Tigermotorcycle Thailand, karakter kedua mesin motor itu berbeda. “Yang ini (Minerva 250) lebih bagus,” katanya ketika berbincang kepada saya di sela-sela peluncuran Minerva Sachs 250, di Hotel Sultan, Selasa (28/4).

piti-director-tiger-motor-thailand

Piti Manomaiphibul, President Tigermotorcycle Thailand

Apa sudah diuji durabilitinya tanya saya? Secara garis besar Piti menjawab begini :

“Kami hanya mengembangkan sektor mesin. Pengujian keseluruhan bukan kami yang melakukan. Karena ini mesin baru yang dipasang pada model Megelli. Tapi saya lihat cukup bagus.”

Hartmun Huhn, Direktur Sachs Bikes, dalam acara yang sama, menegaskan, mesin yang dibuat Tigermotor Thailand merupakan strategi global perusahaan. Menurut saya tentu ini terkait dengan efisiensi produksi. Seperti yang biasa dilakukan pabrikan otomotif besar seperti GM, Mercedes-Benz, BMW, Toyota, Honda, dan sebagainya.

Soalnya, kata Huhn, di tengah situasi krisis ini pasar motor di Eropa menurun hingga 30 persen. “Kami melihat pasar motor di Indonesia besar pertumbuhannya. Kerjasama dengan Minerva akan meluaskan pasar kami,” kata Huhn.

minerva-250-r

Meski dikembangkan di Thailand, perakitan dilakukan di Indonesia. “Semua proses produksi dilakukan di Indonesia,” tegas Kristianto Goenadi, Presiden Direktur PT Minerva Motor Indonesia (MMI) di tempat yang sama. Kandungan lokalnya, Kristianto melanjutkan, mencapai 15 persen. “Itulah kenapa harga jual di Indonesia lebih murah dibandingkan di negara lain.”

MMI memasarkan Minerva 250 S (naked bike) seharga Rp 25,9 juta, sementara tipe 250 M (supermoto) dijual Rp 26,9 juta, dan tipe sport fairing (250 R) diniagakan Rp 28,9 juta. Semuanya harga on the road Jakarta.

minerva-250-s

Bagaimana peluang ketiga model ini di pasar Tanah Air? Bro Stephen Langitan, biker blogger yang saya temui di sela-sela peluncuran yakin bahwa harga yang dipatok MMI masuk akal. “Saya yakin laris dengan harga dan model seperti ini,” ujar Stephen.

Bagaimana dengan sektor rangka yang bermerek Megelli itu?

Penjelasan datang dari Simon Brown, Global Sales Director Megelli, Ltd, UK. ”Sejak awal kami mendesain motor untuk dapat dipasarkan di seluruh dunia. Rangka Megelli dapat dipasang mesin berbagai ukuran. Dari 50 cc sampai 250 cc. Hanya perlu penyesuaian penempatan,” papar Brown.

minerva-250-m

Jadi, inilah motor peranakan tiga bangsa: Indonesia, Inggris, dan Jerman. Anda pilih yang mana?

sumber : http://alonrider.wordpress.com



Minerva-Sachs 250 Supermoto

test-minerva-250

Apa sih yang didapat ketika riding motor anyar hanya satu putaran? Tentu saja tidak cukup banyak riding feeling yang didapat. Itulah kondisi yang terjadi beberapa saat setelah launching Minerva Sachs 250, Selasa, kemarin.

PT Minerva Motor Indonesia (MMI) menyediakan tiga unit motor test Minerva Sachs 250: sport fairing, naked bike, dan supermoto. Berhubung yang mau njajal banyak dan lintasan terbatas, peserta pun dibatasi hanya satu putaran yang sekitar 400 meter.

Saya memilih model supermoto, karena sejak awal naksir dengan bodi jangkung dan modelnya yang out of the box dibanding motor-motor lain di Tanah Air. Menurut saya, desain unik namun tidak ndeso inilah yang menjadi pemikat penyuka sepeda motor di Indonesia. Termasuk saya yang kesengsem sama model supermoto.

Bagaimana soal ketahanan bodi? Terus terang saya kurang tahu soal ini. Yang jelas, trek supermoto disebutkan 70 persen adalah tarmac (aspal) dan 30 persen tanah (dirt) dengan sejumlah jump. Tentu ini berbeda dengan arena motocross yang murni lempung dan table top menjulang. Dan tentu, menurut saya, rangka motor yang terlahir sebagai dirtbike, trail, dan semacamnya, konstruksinya lebih stiff dibanding motor biasa.

minerva-sachs-250m

Soal rangka Minerva yang dipasok Megelli, menurut pendapat saya, Megelli sudah memperhitungkan sejauh mana kekuatan konstruksi model ini untuk digunakan di (sebagian besar) jalan raya dan lintasan tanah.

Sekarang soal mesin. Awalnya saya surprise dengan keterangan di brosur yang menyebutkan power maximum sebesar 20,5 DK pada 8500 RPM. Sedikit di atas Yamaha Scorpio yang mampu menyemburkan daya maksimum 19 PS pada 8,000 RPM.

Yang jadi persoalan, klaim pabrikan itu, menurut saya agak berlebihan. Saya perhatikan beberapa teman yang ngetest - walau singkat, mesinnya ngeden pada saat akselerasi awal. Itu juga yang saya rasakan ketika menjajal model supermoto. Akselerasi lemot, kaya kampas kopling yang sudah terkikis.

Kekurangan lain, perpindahan antar gigi keras dan susah. Apalagi untuk menetralkan dalam kondisi mesin hidup: susah banget! Ternyata rekan saya, Nandar dari MotoRev juga mengalami hal yang sama. Begitu pula komentar para tester lain. Padahal tuas kopling sudah ditekan habis.

persneling-250m

Jarak tuas persneling dan footpeg terlalu jauh. Sukar mencongkel. Apalagi persneling keras dan susah netral.

Untuk menetralkan gigi, terpaksa mesin harus saya matikan dulu. Barulah persneling mau dinetralkan. Fyuuuh….
Secara ergonomi, tuas persneling juga terlalu jauh dengan footpeg. Ukuran kaki saya yang 41, dengan sepatu biker Tomkins rada sulit menggowel tuas. Belum lagi tuas persneling yang keras.

Oh iya, saya menjajal dengan berboncengan. Pengen tahu seberapa dinamis gerak suspensi belakang. Berat saya 58 kilogram, sementara teman saya, Muhib, bobotnya 70 kilogram. Total berat 138 kilogram. Plus berat motor 116 kilogram.

Dalam posisi diam, jarak antara rear huger (spatbor kolong) dan mufler undertail sekitar tiga jari tangan. Kira-kira rawan mentok nggak ya? Toh, sepertinya pengendara motor ini jarang untuk boncengan. Nggak enak dilihat kali ya?

Bagaimana dengan handling?. Nah, ini yang saya rasakan mantap. Setang model fatbar secara ergonomi nyaman saya pegang. Untuk manuver lincah. Sayangnya, saya terkendala masalah gigi persneling itu.

Secara garis besar saya menyarankan kepada MMI untuk memperbaiki sedikit bug itu: akselerasi lamban, persneling keras, dan susah netral. Jika itu sudah bisa diatasi, saya yakin akan makin banyak biker yang tergoda meminang ketiga seri Minerva-Sachs 250 ini. Jadi selain gaya di jalan, performa juga mendukung.

Mungkin sedikit review diatas masih prematur, karena test ride yang terbatas waktu dan lintasan. Lain waktu saya berharap MMI menyediakan lintasan dan lokasi yang lebih memadai untuk ngetest. Bukankah produk test itu merupakan golden choice pabrikan?



sumber: http://alonrider.wordpress.com

Akhirnya Yamaha R6 Masuk Juga ke Indonesia

r6_bl_a2_079_582e9f17

Tidak ada yang istimewa sebenarnya melihat Yamaha R6 wara-wiri di jalanan Jakarta. Toh, penyuka moge sport bermesin 599 cc, itu, dapat membelinya di importir umum (IU). Lain ceritanya jika motor built up itu didatangkan secara resmi oleh agen tunggal pemegang merek (ATPM) atau distributor resmi pabrikan.

Dengan demikian konsumen bakal lebih tenteram, karena layanan after sales service disediakan ATPM. Pun begitu, bagi distributor resmi macam PT Supermoto Indonesia (Ducati) dan PT Sentra Kreasi Niaga (SKN) dengan produk Piaggio, Gilera, maupun Aprilia. Suzuki Indonesia Motor sudah melakukan impor resmi sejak pertengahan 2008 lalu dengan mendatangkan Hayabusa, GSX600, GSR, maupun DR400.

Nah, Yamaha Indonesia sepertinya tidak ketinggalan untuk masuk ke pasar sempit itu dengan memasarkan YZF-R6 versi 2009. Untuk tahap awal akan masuk 20 unit. Menurut Dyonisius Beti, Wakil Presiden Direktur PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) dan Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), semua unit motor itu merupakan permintaan khusus konsumen.

“Permintaan khusus konsumen dan untuk special purpose. Belum dijual ke konsumen umum,” kata Dyon-sapaan akrabnya, melalui pesan pendek, Selasa (21/4) lalu.

yzfr6_blu_s3_eb4deee0

Hhmmm….special purpose? Dyon memang tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan special purpose itu. Saya menduga, just my opinion, R6 yang didatangkan Yamaha Indonesia itu untuk dua tujuan penting (special purpose).

Pertama, khusus bagi konsumen balap. Dalam artian, motor-motor itu hanya khusus didatangkan untuk keperluan balap. Seperti ramai diberitakan, di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, kerap digelar kompetisi supersport - yang menggunakan motor sport 600 cc, seperti GSX600, CBR600, maupun YZF-R6.

r6_w_a2_007_8e87ed1c

Bila benar begitu, maka tidak heran jika unit R6 yang datang itu dijual off the road. “Harga 258 juta off the road,” kata Dyon melalui sms di hari yang sama. Toh, kalau hanya untuk balapan, tak perlu memakai nopol bukan? Ke depan, siapa tahu bakal ada penerus Doni Tata di ajang World Super Sport.

r6_o_s3_2994fad8
Kedua, untuk Yamaha Indonesia sedang test pasar. Dyon menegaskan,”R6 yang datang adalah on request. Sementara untuk limited customer.” Yamaha Indonesia ngetest pasar, bagaimana sih tanggapan konsumen umum jika ada R6 yang didatangkan resmi oleh ATPM? Saya pikir pasti positif respon pasar. Lha wong yang dijual lewat IU aja banyak yang beli, apalagi ini lewat ATPM yang terjamin after sales service-nya.

yzfr6_white
Soal jaminan 3S - sales, services, sparepart, Dyon tidak menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Apapun strategi yang dilakukan Yamaha Indonesia, tampaknya pabrikan ini mulai terbuka terhadap tuntutan jaman: banyak konsumen berharap ATPM mendatangkan resmi moge-moge berbagai tipe.

Konsumen tipe ini memang spesial. Uang tidak menjadi masalah bagi mereka. Yang penting layanan terjamin dan memuaskan. Nah, Anda termasuk konsumen yang bagaimana?




sumber : http://alonrider.wordpress.com